PT. Cipta Mas Jaya

PJK3 Riksa Uji | Penyedia Jasa Inspeksi K3

Riksa Uji Jib Crane

Jasa Inspeksi K3 PJK3 Riksa Uji PT. Cipta Mas Jaya Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut Jib Crane

Riksa uji jib crane adalah proses pemeriksaan teknis yang dilakukan untuk memastikan bahwa jib crane berfungsi dengan aman dan efisien sesuai dengan standar keselamatan yang berlaku. Jib crane, sebagai salah satu jenis alat angkat yang sering digunakan di berbagai industri, terutama dalam kegiatan pengangkatan barang di area terbatas, harus melalui serangkaian pemeriksaan dan pengujian agar dapat dioperasikan tanpa risiko kecelakaan atau kerusakan. Inspeksi ini melibatkan pengecekan visual, pengujian beban, dan pemeriksaan sistem hidrolik atau mekanik untuk memastikan tidak ada komponen yang rusak atau aus. Dengan melakukan riksa uji secara berkala, pengguna dapat memastikan bahwa jib crane tetap memenuhi persyaratan teknis dan operasional, serta menjaga keselamatan operator dan lingkungan kerja.

Jasa Inspeksi K3 PJK3 Riksa Uji PT. Cipta Mas Jaya Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut Jib Crane
Jasa Inspeksi K3 PJK3 Riksa Uji PT. Cipta Mas Jaya Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut Jib Crane

A. Pengenalan Jib Crane

A.1. Definisi dan Prinsip Kerja

Jib crane adalah jenis crane yang terdiri dari lengan horizontal atau boom yang didukung oleh kolom vertikal atau struktur dinding. Alat ini digunakan untuk mengangkat, memindahkan, dan menempatkan beban dengan presisi di area terbatas. Jib crane sering digunakan di pabrik, gudang, atau lokasi industri lainnya, di mana mereka membantu memindahkan beban dalam radius yang terbatas tetapi dengan fleksibilitas yang tinggi.

Prinsip kerja jib crane melibatkan pergerakan lengan horizontal (boom) yang dapat berputar, serta kerek atau winch yang menggerakkan beban ke atas dan ke bawah. Dengan bantuan sistem hidrolik atau elektrik, jib crane mampu mengangkat beban berat dengan kontrol yang presisi.

A.2. Sejarah dan Perkembangan

Seperti banyak jenis crane lainnya, jib crane telah mengalami banyak inovasi sejak pertama kali diperkenalkan. Mulai dari sistem manual sederhana hingga model modern yang dilengkapi dengan kontrol elektronik dan sistem keamanan otomatis. Perkembangan teknologi memungkinkan jib crane untuk mengangkat beban lebih berat dengan lebih efisien dan meningkatkan keselamatan operator.

B. Komponen Utama Jib Crane

Untuk memahami prosedur inspeksi dan pemeliharaan jib crane, penting untuk mengetahui komponen-komponen utamanya. Berikut adalah rincian mengenai komponen utama jib crane dan peran masing-masing komponen:

B.1. Boom (Lengan Horizontal)

Definisi dan Fungsi:
Boom adalah komponen utama yang menopang beban crane. Boom ini biasanya dapat berputar dan memanjang untuk mencapai area yang lebih luas, tergantung pada desain crane. Boom sering terbuat dari baja berkekuatan tinggi yang mampu menahan beban berat.

Sistem Operasi:
Boom digerakkan melalui sistem mekanik atau hidrolik yang memungkinkan pergerakan horizontal dan terkadang vertikal. Jib crane yang lebih modern juga dilengkapi dengan motor elektrik untuk pergerakan yang lebih halus.

Pemeriksaan dan Pemeliharaan:
Pemeriksaan meliputi pengecekan retak atau deformasi pada boom serta kondisi sistem penggerak seperti motor atau aktuator hidrolik.

B.2. Kolom atau Pilar Pendukung

Definisi dan Fungsi:
Kolom atau pilar pendukung adalah komponen struktural utama yang menopang boom dan seluruh sistem crane. Pada jib crane yang dipasang di lantai, kolom ini berfungsi sebagai pusat rotasi.

Sistem Operasi:
Kolom berfungsi sebagai pivot point untuk pergerakan boom dan harus mampu menopang seluruh beban crane. Ini juga sering kali terhubung dengan alas atau pondasi yang kuat untuk menambah stabilitas.

Pemeriksaan dan Pemeliharaan:
Inspeksi rutin meliputi pengecekan kelurusan kolom, kondisi sambungan, dan kekuatan pondasi. Kerusakan pada bagian ini dapat menyebabkan kegagalan struktural yang serius.

B.3. Kerek (Winch) dan Sistem Pengangkatan

Definisi dan Fungsi:
Kerek bertanggung jawab untuk mengangkat dan menurunkan beban. Ini dilengkapi dengan kabel atau rantai yang melilit pada drum kerek.

Sistem Operasi:
Kerek dioperasikan dengan motor hidrolik atau elektrik, dengan sistem kontrol yang memungkinkan pengangkatan beban secara presisi.

Pemeriksaan dan Pemeliharaan:
Pemeriksaan meliputi pengecekan kondisi kabel atau rantai, serta pengujian sistem rem dan mekanisme pengereman otomatis yang mencegah beban jatuh tiba-tiba.

B.4. Sistem Keselamatan

Definisi dan Fungsi:
Jib crane dilengkapi dengan berbagai sistem keselamatan, seperti sensor kelebihan beban dan alarm, yang memastikan operasi tetap dalam batas aman.

Sistem Operasi:
Sensor dan alarm akan mengaktifkan peringatan jika beban melebihi kapasitas yang diizinkan atau jika ada masalah teknis yang memerlukan perhatian segera.

Pemeriksaan dan Pemeliharaan:
Sistem keselamatan harus diuji secara rutin untuk memastikan bahwa semua fitur bekerja dengan benar dan tidak ada sensor yang mengalami kerusakan atau malfungsi.

C. Inspeksi Jib Crane

C.1. Pengertian dan Tujuan Inspeksi

Inspeksi jib crane adalah proses sistematis untuk mengevaluasi kondisi fisik, mekanis, dan operasional crane guna memastikan keselamatan dan kinerja optimal. Tujuan utama dari inspeksi ini adalah:

  • Menjamin Keamanan: Memastikan jib crane beroperasi dengan aman dan tidak menimbulkan risiko kecelakaan.
  • Meningkatkan Kinerja: Memastikan kinerja optimal dengan memeriksa komponen penting yang mempengaruhi efisiensi.
  • Memperpanjang Umur Crane: Mengidentifikasi masalah sejak dini untuk memperpanjang masa pakai crane.
  • Kepatuhan Terhadap Regulasi: Memastikan bahwa jib crane mematuhi semua standar keselamatan dan regulasi yang berlaku.

C.2. Jenis-Jenis Inspeksi

Pada proses riksa uji jib crane, inspeksi dilakukan secara menyeluruh untuk memastikan keselamatan dan kelaikan operasional alat angkat ini. Beberapa jenis inspeksi yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut:

1. Inspeksi Harian (Pre-operational Inspection)

Ini adalah inspeksi yang dilakukan setiap hari sebelum crane dioperasikan. Biasanya dilakukan oleh operator crane untuk memeriksa komponen utama seperti tali kawat (wire rope), pengait (hook), rem (brake), serta indikator beban. Inspeksi harian bersifat dasar namun sangat penting untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul selama operasional, seperti keausan pada kabel atau penurunan kinerja sistem rem. Tujuan utama dari inspeksi harian adalah untuk mencegah kecelakaan yang bisa terjadi akibat kerusakan alat yang tidak terdeteksi.

2. Inspeksi Berkala (Periodic Inspection)

Inspeksi berkala dilakukan dalam interval waktu tertentu, tergantung pada intensitas dan frekuensi penggunaan crane. Inspeksi ini lebih mendalam dibandingkan inspeksi harian dan umumnya melibatkan teknisi yang lebih terlatih. Pada tahap ini, komponen yang diperiksa meliputi struktur utama, mekanisme pergerakan, sistem hidrolik, dan sistem kelistrikan crane. Inspeksi berkala biasanya dilakukan setiap bulan, triwulanan, atau tahunan, sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh standar industri atau produsen crane. Pemeriksaan ini juga mencakup tes non-destruktif (NDT) untuk mendeteksi kerusakan internal pada material yang tidak dapat dilihat secara visual.

3. Inspeksi Khusus (Special Inspection)

Inspeksi khusus dilakukan ketika jib crane mengalami kondisi tertentu yang membutuhkan perhatian khusus, misalnya setelah crane terkena beban berlebih (overloading), terjadi kecelakaan, atau setelah dilakukan modifikasi atau perbaikan besar. Inspeksi ini lebih terfokus pada bagian atau komponen yang mengalami dampak langsung dari kejadian tersebut. Misalnya, jika crane mengalami benturan keras, komponen yang berpotensi rusak seperti sambungan las dan tiang utama akan diperiksa dengan lebih cermat menggunakan metode pemeriksaan lanjutan seperti uji ultrasonik atau uji penetran.

4. Inspeksi Fungsi Keselamatan (Safety Function Inspection)

Inspeksi ini berfokus pada pemeriksaan perangkat keselamatan yang ada pada jib crane. Perangkat seperti sensor batas beban (load limit switch), sensor batas pergerakan (movement limit switch), dan sistem rem harus diperiksa untuk memastikan fungsinya tetap optimal. Pengujian dilakukan untuk memastikan bahwa semua sistem keselamatan bekerja dengan baik dan dapat melindungi crane serta operator dari potensi bahaya saat alat digunakan di bawah beban berat atau dalam kondisi operasi ekstrem.

Jasa Inspeksi K3 PJK3 Riksa Uji PT. Cipta Mas Jaya Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut Jib Crane
Jasa Inspeksi K3 PJK3 Riksa Uji PT. Cipta Mas Jaya Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut Jib Crane

C.3. Prosedur Riksa Uji

Prosedur riksa uji jib crane adalah serangkaian langkah sistematis yang dirancang untuk memastikan bahwa alat tersebut berfungsi dengan baik dan memenuhi standar keselamatan operasional. Prosedur ini mengikuti panduan dari standar nasional maupun internasional, seperti SNI, ASME, atau OSHA, dan harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berkompeten di bidangnya. Berikut adalah tahapan umum dalam prosedur inspeksi jib crane:

1. Persiapan Inspeksi

Sebelum memulai inspeksi, langkah pertama adalah melakukan persiapan dengan memastikan bahwa crane tidak sedang dalam kondisi operasi dan tidak ada beban yang menggantung. Persiapan ini juga meliputi:

  • Memastikan lokasi inspeksi aman dan bebas dari potensi bahaya, seperti benda-benda yang bisa jatuh atau risiko kelistrikan.
  • Melakukan pemeriksaan awal terhadap dokumentasi teknis, manual operasi, serta riwayat pemeliharaan dan perbaikan crane. Ini penting untuk memahami konteks penggunaan alat dan potensi masalah yang mungkin timbul dari operasional sebelumnya.
  • Menyusun daftar komponen yang akan diperiksa, baik secara visual maupun fungsional, serta alat-alat yang diperlukan seperti alat ukur, alat uji non-destruktif, dan peralatan keselamatan.

2. Inspeksi Visual

Tahapan ini merupakan langkah awal dalam pemeriksaan fisik crane, di mana teknisi akan memeriksa secara kasat mata semua bagian penting dari crane. Beberapa komponen utama yang diperiksa antara lain:

  • Struktur utama: Memeriksa adanya deformasi, keretakan, atau keausan pada bagian lengan (jib), tiang penopang, dan basis crane. Kekuatan dan kestabilan struktur sangat penting untuk menahan beban yang diangkat.
  • Pengait (hook): Pengait diperiksa dari segi bentuk, adanya retak atau deformasi, serta keausan yang dapat memengaruhi kekuatannya. Ukuran dan bentuk pengait yang berubah bisa menjadi indikasi kelebihan beban sebelumnya.
  • Kabel atau tali baja: Tali baja diperiksa untuk mendeteksi adanya kawat yang patah, pelintiran, atau keausan berlebihan. Selain itu, ketegangan dan penempatan kabel juga harus diperiksa untuk memastikan tidak ada kelonggaran atau gesekan yang berlebihan.
  • Rantai dan gear: Komponen penggerak seperti rantai dan roda gigi diperiksa untuk memastikan bahwa mereka tidak aus atau rusak. Pemeriksaan ini juga melibatkan pelumasan yang tepat untuk mencegah keausan akibat gesekan.

3. Pemeriksaan Fungsional

Setelah inspeksi visual, tahap berikutnya adalah pemeriksaan fungsional untuk memastikan bahwa jib crane berfungsi sesuai dengan spesifikasinya. Langkah-langkah dalam pemeriksaan fungsional meliputi:

  • Pengoperasian sistem kontrol: Memeriksa semua kontrol crane seperti tombol pengangkat, sistem putar, dan mekanisme penggerak lainnya. Setiap kontrol harus berfungsi dengan lancar tanpa adanya kelambatan atau kegagalan.
  • Pemeriksaan rem dan perangkat pengaman: Sistem pengereman harus diuji untuk memastikan bahwa crane dapat menghentikan beban secara tepat dan aman. Perangkat keselamatan lainnya seperti sensor batas beban, limit switch, dan alat-alat pengaman lainnya juga diuji untuk memastikan bahwa mereka bekerja dengan baik.
  • Uji suara dan getaran: Memperhatikan adanya suara atau getaran yang tidak biasa selama pengoperasian crane, karena ini bisa menjadi indikasi masalah mekanis atau kelonggaran komponen.

4. Pengujian Beban

Setelah memastikan bahwa semua komponen fungsional bekerja dengan baik, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian beban. Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa jib crane dapat mengangkat beban sesuai dengan kapasitas maksimumnya. Tahapan dalam pengujian beban meliputi:

  • Pemuatan beban: Crane diuji dengan menggunakan beban aktual yang sesuai dengan kapasitas kerjanya (SWL – Safe Working Load). Beban yang digunakan umumnya sekitar 125% hingga 150% dari kapasitas normal untuk menguji batas keamanan alat.
  • Pemantauan selama pengangkatan: Selama pengujian, teknisi memantau respons crane, termasuk kestabilan struktur, kinerja kabel dan pengait, serta respons sistem rem saat beban dinaikkan dan diturunkan. Setiap tanda deformasi atau kelainan mekanis harus segera ditangani.

5. Pemeriksaan Non-Destruktif (NDT)

Selain pengujian beban, pemeriksaan non-destruktif (NDT) sering kali diperlukan untuk mendeteksi kerusakan yang tidak terlihat secara visual, terutama pada komponen struktural utama. Metode NDT yang umum digunakan dalam inspeksi jib crane meliputi:

  • Ultrasonik: Digunakan untuk mendeteksi keretakan internal atau perubahan pada kepadatan material yang mungkin tidak terlihat di permukaan.
  • Magnetic Particle Inspection (MPI): Untuk mendeteksi retakan kecil atau cacat material pada permukaan logam.
  • Dye Penetrant Testing: Digunakan pada komponen yang tidak berpori untuk menemukan retakan halus atau kerusakan permukaan.

6. Evaluasi dan Dokumentasi Hasil

Setelah inspeksi selesai dilakukan, langkah terakhir adalah evaluasi hasil inspeksi dan mendokumentasikan temuan. Evaluasi ini mencakup analisis mendalam tentang kondisi crane, termasuk komponen yang memerlukan perbaikan atau penggantian, serta rekomendasi untuk pemeliharaan lebih lanjut. Dokumentasi ini sangat penting sebagai acuan untuk inspeksi selanjutnya dan menjadi bukti bahwa jib crane telah diuji dan dinyatakan layak digunakan.

Dokumentasi ini harus mencakup:

  • Daftar semua komponen yang diperiksa.
  • Temuan utama seperti kerusakan atau keausan.
  • Hasil pengujian beban.
  • Rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lanjut.
  • Sertifikasi kelaikan crane oleh tenaga ahli yang bersertifikat.

Prosedur inspeksi yang komprehensif ini tidak hanya memastikan bahwa jib crane dalam kondisi operasional yang aman, tetapi juga mencegah kerusakan lebih lanjut dan meminimalkan risiko kecelakaan di tempat kerja.

D. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah langkah penting untuk memastikan bahwa jib crane tetap beroperasi dengan optimal dan aman dalam jangka waktu panjang. Pemeliharaan yang baik tidak hanya memperpanjang usia peralatan tetapi juga mencegah terjadinya kerusakan atau kecelakaan yang bisa terjadi akibat kegagalan mekanis. Terdapat beberapa jenis pemeliharaan yang harus dilakukan secara rutin maupun berkala, tergantung pada intensitas penggunaan dan kondisi lingkungan kerja.

1. Pemeliharaan Rutin

Pemeliharaan rutin dilakukan setiap hari atau sesuai jadwal operasi, tergantung seberapa sering jib crane digunakan. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan crane selalu dalam kondisi siap pakai. Berikut beberapa aspek yang diperhatikan dalam pemeliharaan rutin:

  • Pemeriksaan visual: Operator atau teknisi harus melakukan pemeriksaan visual harian terhadap komponen utama seperti kabel baja, pengait, rantai, serta struktur crane. Tanda-tanda keausan, pelonggaran, atau deformasi harus segera dilaporkan dan diperbaiki.
  • Pelumasan: Setiap bagian bergerak seperti roda gigi, rantai, atau pulley memerlukan pelumasan yang tepat untuk mengurangi gesekan dan keausan. Pelumas harus diganti atau ditambah sesuai anjuran pabrikan.
  • Pembersihan: Membersihkan komponen crane dari debu, minyak, dan material lain yang bisa mengganggu operasi. Pembersihan ini membantu mencegah penumpukan kotoran yang dapat menyebabkan keausan atau kerusakan.

2. Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala dilakukan secara lebih mendalam dan biasanya dilaksanakan setiap beberapa bulan sekali atau sesuai rekomendasi pabrikan, tergantung pada intensitas penggunaan jib crane. Pemeliharaan ini dilakukan oleh teknisi yang berpengalaman dan melibatkan pemeriksaan lebih detail serta pengujian teknis terhadap komponen penting. Beberapa kegiatan dalam pemeliharaan berkala meliputi:

  • Kalibrasi sistem kontrol: Pemeriksaan terhadap sistem kontrol crane untuk memastikan semua fungsi pengendalian bekerja dengan benar dan tepat. Setiap ketidakakuratan dalam kontrol, seperti delay pada tombol angkat atau turunkan, harus segera diperbaiki.
  • Penggantian komponen yang aus: Komponen seperti kabel baja, rantai, dan pengait yang menunjukkan tanda-tanda keausan harus diganti secara berkala, bahkan jika kerusakannya belum signifikan. Hal ini dilakukan untuk mencegah risiko kegagalan mendadak saat crane dioperasikan.
  • Pengujian rem: Sistem pengereman harus diperiksa secara berkala untuk memastikan bahwa jib crane dapat berhenti dan menahan beban sesuai dengan standar keamanan. Setiap kerusakan atau keausan pada rem harus segera diperbaiki.
  • Pemeriksaan electrical: Sistem kelistrikan crane, seperti kabel dan konektor, harus diperiksa untuk mencegah masalah arus pendek, kebakaran, atau kegagalan sistem. Pengujian ini biasanya menggunakan alat khusus untuk memeriksa kontinuitas dan resistansi komponen listrik.

3. Pemeliharaan Preventif

Pemeliharaan preventif adalah strategi yang dirancang untuk mencegah masalah sebelum terjadi. Ini adalah pendekatan proaktif yang melibatkan penggantian atau perbaikan komponen yang diperkirakan akan mengalami keausan sebelum benar-benar rusak. Manfaat utama dari pemeliharaan preventif adalah mengurangi downtime, meningkatkan efisiensi operasional, dan meminimalkan risiko kecelakaan.

Beberapa contoh pemeliharaan preventif meliputi:

  • Penggantian kabel secara periodik: Meskipun kabel baja masih dalam kondisi yang baik, penggantian secara periodik dilakukan setelah mencapai batas usia tertentu yang dianjurkan oleh pabrikan.
  • Uji beban preventif: Melakukan pengujian beban secara berkala meskipun tidak ada tanda-tanda kerusakan, untuk memastikan jib crane tetap mampu mengangkat beban sesuai kapasitasnya tanpa masalah.
  • Pemeriksaan struktural dengan NDT: Meskipun tidak ada retak atau deformasi yang terlihat secara visual, metode uji non-destruktif seperti ultrasonik atau magnetik digunakan untuk mendeteksi keretakan mikro atau kelemahan struktural yang belum terlihat.

4. Pemeliharaan Korektif

Pemeliharaan korektif dilakukan ketika ditemukan kerusakan atau kegagalan pada jib crane selama pemeriksaan atau operasional. Tujuan utama dari pemeliharaan ini adalah untuk mengembalikan fungsi crane ke kondisi optimal. Kegiatan pemeliharaan korektif dapat mencakup:

  • Perbaikan atau penggantian komponen rusak: Komponen yang rusak atau aus, seperti roda gigi, rantai, atau sistem rem, harus segera diperbaiki atau diganti. Langkah ini penting untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan memastikan keselamatan operasional.
  • Perbaikan struktur: Jika ditemukan keretakan atau deformasi pada struktur jib crane, perbaikan harus dilakukan dengan cepat. Ini mungkin melibatkan pengelasan ulang, penguatan struktur, atau penggantian bagian yang rusak.
  • Kalibrasi ulang sistem kontrol: Jika ditemukan masalah pada kontrol crane, seperti tombol yang tidak merespons dengan benar, sistem harus dikalibrasi ulang atau bahkan diganti jika diperlukan.

5. Pencatatan dan Pelaporan

Setiap kegiatan pemeliharaan harus dicatat secara detail untuk tujuan dokumentasi dan audit. Catatan ini sangat penting sebagai referensi untuk inspeksi dan pemeliharaan berikutnya. Informasi yang harus didokumentasikan meliputi:

  • Tanggal pelaksanaan pemeliharaan.
  • Komponen yang diperiksa atau diperbaiki.
  • Hasil pengujian atau pemeriksaan.
  • Tindakan korektif yang diambil, seperti penggantian komponen atau perbaikan struktural.
  • Rekomendasi untuk pemeliharaan lebih lanjut.

Pelaporan ini juga menjadi bagian penting untuk memastikan bahwa jib crane selalu dalam kondisi layak operasi sesuai dengan standar keselamatan yang berlaku.

6. Manfaat Pemeliharaan yang Baik

Pemeliharaan yang tepat memiliki sejumlah manfaat signifikan bagi operasi jib crane, antara lain:

  • Meningkatkan umur peralatan: Dengan merawat jib crane secara berkala dan preventif, usia peralatan dapat diperpanjang jauh melebihi ekspektasi awal, sehingga mengurangi biaya penggantian alat.
  • Mengurangi downtime: Pemeliharaan yang baik mencegah kerusakan mendadak yang dapat menghentikan operasi dan menyebabkan downtime. Ini sangat penting terutama dalam industri yang sangat bergantung pada peralatan pengangkat untuk kelancaran produksi.
  • Meningkatkan keselamatan kerja: Melalui inspeksi dan pemeliharaan yang rutin, potensi kegagalan mekanis yang dapat menyebabkan kecelakaan bisa diminimalkan, sehingga menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman bagi operator dan pekerja di sekitarnya.
  • Mengurangi biaya perbaikan: Pemeliharaan preventif membantu mengurangi biaya perbaikan yang besar akibat kegagalan yang tak terduga. Masalah kecil dapat segera ditangani sebelum berkembang menjadi kerusakan yang lebih parah dan mahal.

Dengan pemeliharaan yang efektif, tidak hanya keamanan dan keandalan jib crane yang terjaga, tetapi juga efisiensi operasional perusahaan secara keseluruhan dapat ditingkatkan.

E. Kesimpulan

Riksa Uji jib crane merupakan bagian esensial dari upaya untuk memastikan keselamatan dan efisiensi operasional di lingkungan kerja. Dengan melakukan berbagai jenis inspeksi secara rutin, termasuk inspeksi visual, fungsional, hingga uji beban, potensi kerusakan dapat dideteksi lebih awal, sehingga risiko kegagalan peralatan yang dapat membahayakan pekerja atau mengganggu produktivitas dapat diminimalkan.

Prosedur inspeksi yang terstruktur dengan baik serta pemeliharaan yang teratur, mulai dari pemeliharaan rutin, berkala, preventif, hingga korektif, menjadi kunci untuk menjaga agar jib crane selalu dalam kondisi prima. Langkah-langkah pemeliharaan ini tidak hanya memperpanjang umur peralatan tetapi juga meningkatkan keselamatan kerja dan mengurangi biaya perbaikan yang besar.

Dengan komitmen terhadap pemeliharaan dan inspeksi yang berkelanjutan, perusahaan dapat memastikan bahwa operasional berjalan dengan aman, lancar, dan efisien, serta mengurangi risiko kecelakaan dan downtime yang dapat menghambat produktivitas.

Riksa Uji Jib Crane
Scroll to top